![]() |
Perubahan frekuensi bunyi yang dirasakan oleh pengamat manakala ia bergerak relatif terhadap sumber bunyi dirumuskan sebagai berikut : ![]() di mana v adalah kecepatan bunyi. vs adalah kecepatan sumber bunyi. vp adalah kecepatan pengamat. fs adalah frekuensi sumber bunyi. fp adalah frekuensi yang dialami oleh pengamat. Dalam rumus di atas ada beberapa ketentuan terhadap nilai-nilai dari vs dan vp. Ketentuan di bawah ini dapat dijadikan acuan :
Bila sumber dalam keadaan diam maka vs=0, demikian pula bila pengamat dalam keadaan diam maka vp=0. Kita lihat gambar-gambar di bawah ini untuk menentukan apakah nilai vs dan vp bernilai positif atau negatif. ![]()
Pada gambar di atas arah acuan adalah ke kanan karena arah kanan adalah arah di mana sumber bunyi mendekati pengamat. Dengan demikian vs bernilai positif bila sumber bergerak ke kanan (searah dengan arah acuan atau mendekati pengamat ) dan negatif bila bergerak ke kiri (berlawanan dengan arah acuan atau menjauhi pengamat). vp bernilai positif bila pengamat bergerak ke kanan (searah dengan arah acuan atau menjauhi sumber bunyi) dan negatif bila bergerak ke kiri (berlawanan dengan arah acuan atau mendekati sumber bunyi).
![]()
Pada gambar di atas arah acuan adalah ke kiri karena arah kiri adalah arah di mana sumber bunyi mendekati pengamat. Dengan demikian vs bernilai positif bila sumber bergerak ke kiri (serah dengan arah acuan atau mendekati pengamat) dan negatif bila bergerak ke kanan (berlawanan dengan arah acuan atau menjauhi pengamat). vp bernilai positif bila pengamat bergerak ke kiri (searah dengan arah acuan atau menjauhi sumber bunyi) dan negatif bila bergerak ke kanan (berlawanan dengan arah acuan atau mendekati sumber bunyi).
Contoh 1 : Sebuah mobil dalam keadaan diam memancarkan bunyi dengan frekuensi 300 Hz. Apakah pengamat yang berjalan ke arah mobil mendengarkan suara dengan frekuensi yang lebih tinggi ? Jawab 1 : Pengamat tetap akan mendengarkan frekuensi bunyi yang lebih tinggi karena sesuai dengan Rumus Doppler di atas sumber dalam keadaan diam atau vs = 0, sehingga penyebut dari rumus tersebut tetap. Sementara karena pengamat mendekati sumber bunyi maka nilai vp negatif, sehingga pembilang menjadi lebih besar. Dengan demikian pengamat merasakan frekuensi bunyi yang lebih besar dari frekuensi bunyi itu sendiri. Contoh 2 : Sebuah ambulans bergerak dengan kecepatan 12 m/s sambil membunyikan sirine dengan frekuensi 480 Hz. Seorang pengendara sepeda motor begerak dengan kecepatan 10 m/s dari arah yang berlawanan. Berapa frekuensi yang di dengar oleh pengendara sepeda motor bila kecepatan bunyi di udara adalah 340 m/s ? Jawab 2 : Arah acuan ditetapkan dari arah ambulan ke arah pengendara sepeda motor. vs dengan demikian 12 m/s karena ambulan mendekati pengendara motor. vp bernilai negatif karena berlawanan dengan arah acuan. Dengan demikian : |
Dunia Kita
Amazinggg,,....
Selasa, 03 Juli 2012
Rumus Doppler
Momentum Linear (Hukum Kekekalan Momentum)
![]() |
Hukum kekekalan momentum untuk peristiwa tumbukan, yaitu:Jumlah momentum benda-benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap, asalkan tidak ada gaya-gaya luar yang bekerja pada benda itu.
![]()
v1, v2 = kecepatan sebelum tumbukan
v1`, v2` = kecepatan setelah tumbukan
Hukum kekekalan momentum juga bukan hanya berlaku untuk peristiwa tumbukan, tetapi juga berlaku secara umum untuk interaksi antara dua buah benda. Misalnya peristiwa gerakan roket, peluru yang ditembakkan dari senapan, orang menendang bola, orang naik perahu, dan lain-lain.
Momentum adalah besaran vektor, yang berarti dia memiliki besar dan arah. Untuk momentum satu dimensi arah dapat kita tuliskan dalam bentuk tanda positif dan negatif. Misalnya arah ke kanan positif dan ke kiri negatif. Karena momentum besaran vektor, maka resultan momentum mengikuti aturan penjumlahan vektor, misalnya:
![]()
px = p1x + p2 ; py = p1y
![]()
secara umum resultan momentum dapat ditulis:
![]()
p1 = momentum benda 1
p2 = momentum benda 2 ![]()
Px = jumlah komponen momentum pada sumbu x
Py = jumlah komponen momentum pada sumbu y
Contoh Soal:
Seorang atlit penembak memegang sebuah senapan yang massanya 4 kg dengan bebas sehingga senapannya bebas bergerak ke belakang ketika sebutir peluru yang massanya 5 g keluar dari moncong senapan dengan kecepatan horizontal 300 m/s. Berapa kecepatan hentakan senapan ketika peluru ditembakkan?
Penyelesaian:
m1 = 4 kg
m2 = 5 g = 0,005 kg v1 = 0 m/s v2 = 300 m/s
m1.v1 + m2.v2 = m1.v1` + m2.v2`
0 + 0 = 4.v1` + 0,005 . 300
0 = 6.v1` + 1,5 v1` = -1,5 / 6 = -0,25 m/s |
Momentum Linear (Momentum)
![]() |
Momentum adalah ukuran kesukaran untuk memberhentikan suatu benda yang sedang bergerak. Makin sukar memberhentikannya, makin besar momentumnya.
![]()
m = massa benda (Kg)
v = kecepatan (m/s)
Contoh Soal:
Sebuah mobil massanya 1 ton bergerak dengan kecepatan 90 km/jam. Berapakah besarnya momentum mobil tersebut?
Penyelesaian:
m = 1 ton = 1000 kg
v = 90 km/jam = 25 m/s
p = m.v
p = 1000.25 p = 25000 Ns |
Momentum Linear (Impuls)
![]() |
Seseorang menendang bola yang bermassa m dengan gaya F selama selang waktu ∆t dapat menyebabkan perubahan kecepatan pada bola tersebut yang besarnya v1 menjadi v2 dari hukum II Newton :
F = m.a, dimana a = (v2 - v1) / ∆t
F = m. (v2 - v1) / ∆t F. ∆t = m. (v2 - v1) ![]()
F = besar gaya yang bekerja (N)
∆t = selang waktu gaya (s) v1 = kecepatan awal (ms-1) v2 = kecepatan akhir (ms-1)
Impuls adalah hasil kali gaya dengan selang waktu singkat bekerjanya gaya terhadap benda. Dalam mempelajari impuls juga memperhatikan arah gaya yang bekerja, karena impuls besaran vektor, bila gaya yang bekerja searah gerakan benda v2 = +, dan bila bekerja dengan arah berlawanan diberi tanda negatif (v2 = - ).
Contoh Soal:
Sebuah bola kaki bermassa 500 gram diletakkan di titik pinalti. Salah seorang pemain menendang bola tersebut ke arah gawang sehingga setelah ditendang, kecepatan bola menjadi 25 m/s. Besarnya impuls yang diberikan oleh kaki kepada bola adalah ...
a. 50 Ns b. 25 Ns c. 20 Ns d. 12,5 Ns e. 6,25 Ns
Jawaban: d
Penyelesaian:
I = m.v2 - m.v1I = 0,5 . 25 - 0 I = 12,5 Ns |
Sinopsis Brondong lover
Sabtu, 10 Desember 2011
Kerinduan
Saat hari mulai berlalu
Melayangku ke masa lalu
Rindu…
Aku rindu padamu
Rindu akan senyummu
Rindu akan kasihmu
Rindu akan tawamu yang lucu
Rindu…
Aku rindu padamu
Kini kita terpisah jarak dan waktu
Ku hanya mampu merindumu
Tanpa bisa menatapmu
Tanpa bisa menyentuhmu
Kapankah ini akan berlalu
Ku hanya bisa menunggu waktu
Tuk berlari ke arahmu
Memelukmu, melepas kerinduanku
Jumat, 09 Desember 2011
Eksposisi Proses
Tenun ATBM Troso
Desa Troso terkenal sebagai penghasil tenun ikat, atau dikenal sebagai tenun ATBM. Proses pembuatan kain tenun ada 2 bagian, bagian pertama yaitu bagian lungsen, bagain kedua adalah bagian pakan. Sedangkan jenis kain yang ditenun ada 2 macam, yaitu polosan dan bermotif.
Proses pembuatan lungsen dimulai dari pewarnaan jika benangnya belum berwarna(masih putih), kemudian dijemur, setelah kering lalu disepul. Kemudian benangnya disekir dengan menggunakan sekiran, lalu dipindah ke sebuah alat yang namanya bom. Setelah itu bom dicucuk ke mesin tenun ATBM. Sekarang Lungsen sudah siap, tinggal kita menyiapkan benang untuk pakannya. Sedangkan proses pembuatan pakan yang bermotif dimulai dari benang putih yang disepul kemudian diketeng ke sebuah plangkan(alat terbuat dari kayu dan besi yang bentuknya persegi panjang). Setelah itu, benang yang sudah diketeng diberi motif, kemudian ditali menggunakan rafia. Setelah selesai, benang dilepaskan dari plangkan, diberi pewarnaan sesuai keinginan, jika telah diberi warna kemudian dijemur beberapa kali, dan tali rafianya dilepas(dibatil), lalu benangnya dibongkar dengan alat bongkaran, setelah dibongkar benang siap dibuat pakan dan siap ditenun dengan alat skoci bersama lungsen yang ada di mesin ATBM.